tanda tangan

tanda tangan
cici lavenia.com.i love you

Kamis, 22 Desember 2011

perangkat pembelajaran

BAB I
POKOK BAHASAN

A. Penyusunan Rincian Minggu Efektif
Penyusunan rincian minggu efektif ialah dimana seorang guru menyusun atau memperhitungkan waktu yang dapat dipergunakan dan waktu yang tidak dapat dipergunakan untuk menyampaikan materi dengan mengacu kepada kalender pendidikan yang telah dibuat oleh diknas pendidikan
Dalam perincian minggu efektif akan terlihat waktu yang efektif dan tidak efektif untuk menyampaikan materi dalam satu semester atau dua semester (setahun). Dalam menysuan minggu efektif didialamnya terdapat identitas sekolah, bulan, jumlah minggu/bulan, jumlah minggu yang efektif, dan jumlah minggu yang tidak efektif.
Contoh format rincian minggu efektif : lihat lampiran 1
B. Menyusun Program Semester
Program semester adalah satuan waktu yang digunakan untuk penyelenggaraan program pendidikan. Kegiatan yang dilaksanakan untuk penyelenggaraan program pendidikan. Kegiatan yang dilaksanakan dalam semester itu ialah kegiatan tatap muka, pratikum, keraja lapangan, mid semester, ujian semester dan berbagai kegiatan lainya yang diberi penilaian keberhasilan.
Dalam program semester dipakai satuan waktu terkecil, yaitu satuan semester untuk menyatakan lamanya satu program pendidikan. Masing-masing program semester sifatnya lengkap dan merupakan satu kebulatan dan berdiri sendiri. Pada setiap akhir semester segenap bahan kegiatan program semester yang disajikan harus sudah selesai dilaksanakan dan mahasiswa yang mengambil program tersebut sudah dapat ditentukan lulus atau tidak.
Program semester program yang berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan. Isi dari program semester adalah tentang bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-keterangan.
Contoh format program semester: lihat lampiran 2
C. Menyusun Program Tahunan
Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan (SK dan KD) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh siswa. Penentuan alokasi waktu ditentukan pada jumlah jam pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswa
Program Tahunan juga merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, berisi tentang garis-garis besar yang hendak dicapai dalam satu tahun dan dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran dimulai , karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-progran berikutnya, yakni program semester, mingguan dan harian serta pembuatan silabus dan sistem penilaian komponen-komponen program tahunan meliputi identifikasi(satuan pendidikan,mata pelajaran, tahun pelajaran) standart kompetensi , kompetensi dasar , alokasi waktu dan keterangan.
Contoh format program tahunan: lihat lampiran 3



D. Menyusun silabus
1. Pengertian silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator, penilaian, alokasi waktu dan sumber/bahan/alat belajar.
Berdasarkan Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 mengenai Standar Proses, silabus merupakan acuan pengembangan RPP yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi atau tema pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, serta sumber belajar
2. Langkah-langkah membuat silabus
a. Petakan atau tentukan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
b. Memilih dan menentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar dengan acuan sumber belajar.
c. Merancang kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran yang telah banyak dipakai. Kemudian, Anda harus membuat proses belajar menjadi semakin menarik guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
d. Agar lebih mudah merancang penilaian, Anda harus menentukan indikator pencapaian.
e. Susunlah penilaian dengan menyertakan teknik yang digunakan, bentuk instrumen, serta memberikan contoh soal.
f. Mengalokasikan waktu kegiatan belajar mengajar sesuai materi yang akan disampaikan.
g. Sertakan atau cantumkan sumber belajar berupa buku, CD, kaset, maupun website.
h. Menentukan nilai karakter yang harus ditanamkan pada siswa melalui materi yang diberikan.
Contoh format silabus: lihat lampiran 4
E. Menyusun Pemetaan Indikator dan kriteria Ketuntasan Minimal
1. Merumuskan indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator disusun sesuai dengan karakterisik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, serta potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
2. Mennyusun kriteria ketuntasan minimal
Berdasarkan surat Dirjendikdasmen No.1321/c4/MN/2004 tentang Pengkajian Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) atau Kretyeria Ketuntasan Minimal (KKM) Kurikulum 2004 dan sesuai dengan pelaksanaan Standar Isi, yang menyangkut masalah Standar Kopetensi (SK) dan Kopetensi dasar (KD),. maka sesuai dengan petunjuk dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006, maka dipandang perlu setiap sekolah-sekolah untuk menentukan Standar Ketuntasan Minimal (KKM)-nya masing-masing sesuai dengan keadaan sekolah dimana sekolah itu berada Artinya antara sekolah A dengan sekolah B bisa KKM-nya berbeda satu sama lainnya.
Sesuai dengan petunjuk yang ditetapkan oleh BSNP maka ada beberapa rambu-rambu yang harus diamati sebelum ditetapkan KKM di sekolah. Adapun rambu-rambu yang dimaksud adalah
1. KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran.
2. KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah.
3. KKM dinyatakan dalam bentuk prosentasi berkisar antara 0-100, atau rentang nilai yang sudah ditetapkan.
4. Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah kreteria ideal ( sesuai kondisi sekolah)
5. Dalam menentukan KKM haruslah dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas indikator, serta kemampuan sumber daya pendukung.
6. KKM dapat dicantumkan dalam LHBS sesuai model yang ditetapkan atau dipilih sekolah.
Dari berbagai rambu-rambu yang ada itu, selanjutnya melalui kegiatan Musyawarah Guru Bidang Study (MGMP) maka akan dapat diperoleh berapa KKM dari masing-masing bidang study.
Ada beberapa kreteria penetapan KKM yang dapat dilaksanakan , diantaranya:
1. Kompleksitas indikator ( kesulitan dan kerumitan)
2. Daya dukung ( sarana dan prasarana yang ada, kemampuan guru, lingkungan, dan juga masalah biaya)
3. Intake siswa ( masukan kemampuan siswa )
F. Menyusun Kisi-kisi Penilaian
Merumuskan dan membuat matrik kisi-kisi sesuai dengan teknik penilaian yang telah ditentukan. Kisi-kisi merupakan deskripsi mengenai informasi dan ruang lingkup dari materi pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman untuk menulis soal atau matriks soal menjadi tes. Pembuatan kisi-kisi memiliki tujuan untuk menentukan ruang lingkup dalam menulis soal agar menghasilkan perangkat tes yang sesuai dengan indikator.
Kisi kisi dibuat berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai serta bentuk tes yang akan diberikan kepada peserta didik. Tes dapat berbentuk tes objektif, pilihan ganda atau tes uraian serta non tes berupa penilaian afektif dan psikomotorik.
Kisi-kisi berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes. Dengan adaya kisi-kisi penulisan soal menjadi terarah, komprehensif dan representatif. Dengan pedoman kepada kisi-kisi penyusunan soal menjadi lebih mudah dan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes.
1. Syarat penyusunan Kisi – kisi adalah,
a. Dapat mewakili isi silabus atau kurikulum.
b. Komponen-komponennya rinci, jelas dan mudah dipahami.
c. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuat soalnya sesuai bentuk soal yang ditetapkan.
d. Sesuai dengan indikator.
2. Komponen kisi – kisi terdiri dari:
a. Komponen Identitas
b. Jenis Pendidikan dan jenjang Pendidikan.
c. Mata pembelajaran.
d. Tahun ajaran.
e. Jumlah soal.
f. Bentuk soal.
g. Standar Kompetensi.
h. Kompetensi Dasar.
i. Indikator
Langkah awal sebelum membuat soal adalah membuat kisi-kisi instrument penilaian.
Kisi-kisi adalah rencana dasar pembuatan satu set atau seperangkat instrumen penilaian. Satu kisi-kisi dibuat hanya untuk satu objek tertentu yang akan diukur, karena itu kita tidak dapat membuat kisi-kisi instrumen sekaligus untuk tiga ranah tujuan pembelajaran. Satu kisi-kisi dibuat hanya untuk satu dimensi, dan untuk satu tujuan tertentu.
Langkah-langkah membuat kisi-kisi instrumen penilaian.
1. Tentukan tujuan membuat kisi-kisi, apakah kisi-kisi untuk membuat soal ujian semester, untuk mengukur sikap siswa, atau yang lain.
2. Tentukan objek penilaian atau ruang lingkup materi yang akan diukur.
3. Rumuskan indikator-indikator dari masing-masing aspek yang akan diukur (jika belum ada).
4. Tentukan aspek-aspek yang akan dimuat pada kisi-kisi.
5. Buat kisi-kisi instrumen, dengan jumlah butir instrumen sesuai alokasi waktu yang tersedia










Contoh Format Kisi-kisi Soal Pilihan ganda/uraian

Mata pelajaran :
Kelas/Semester :
Alokasi waktu :
Jumlah Soal :
Bentuk Soal :

No.
Urt. Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator No.Urut Soal Bobot





















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Uraian diatas dapat disimpulkan seorang guru sebelum melakukan proses pembelajra guru harus mempersiapkan atau membuat perangkat pembelajaran seperti program perincian jam efektif, program semester, program tahunan, silabus, pemetaan indikator, penetapan kkm dan kisi-kisi penilaian

B. Saran
Dari uraian diatas penulis menyarankan kepada pembaca untuk membaca sumber lain yang berkaitan dengan pembuatan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan tuntunan KTSP agar pembaca dapat lebih memahaminya.

jenis-jenis pendekatan penelitian

BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis Pendekatan
Sebelum membahas tentang jenis-jenis pendekatan terlebih dahulu penulis menjelaskan tentang pengertian pendekatan, pendekatan adalah metode atau cara mengadakan penelitian seperti halnya eksperimen atau non eksperimen.
Penentuan pendekatan ini akan sangat menentukan apa variabel atau objek penelitian yang akan ditatap dan sekaligus menentukan sumber dari mana kita akan memperoleh data.
Secara singkat pendekatan penelitian dapat dibedakan atas beberapa jenis,yaitu
1. Jenis pendekatan menurut teknik samplingnya adalah:
a. Pendekatan populasi
Dalam pendekatan populasi, peneliti menggunakan populasi atau seluruh komponen dari subjek penelitian sebagai sumber data dalam penelitian tersebut. Jadi yang menjadi target pendekatan penelitian ini adalah populasi. Pada pendekatan populasi ini subjek peneiti dalam memperoleh sumber data terfokus pada poulasi.
Populasi yaitu yaitu seluruh komponen yang menjadi sumber data, populasi yang dimaksud disini adalah orang atau individu


b. Pendekatan sampel
Seringkali terjadi bahwa peneliti tidak dapat melakukan studi terhadap semua anggota yang menjadi objek penelitian, sehingga mereka hanya mampu mengambil sebagian dari populasi (sampel), dalam penelitian ini biasanya digunakan pendekatan sampel.
Pendekatan sampel digunakan karena peneliti menemui kesulitan untuk memperoleh data karena sumber data memiliki jumlah yang sangat besar, untuk dapat memperoleh data perlu membutuhkan waktu yang lama dan biasa yang besar, sehingga untuk memperoleh data secara cepat maka peneliti menggunakan pendekatan sampel.
c. Pendekatan kasus
Penelitian kasus adalah penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang suatu keadaan tertentu yang ada sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok lembaga atau masyarakat. Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu. Misalnya, mempelajari secara khusus anak nakal, anak yang tidak bisa bergaul dengan orang lain atau anak yang selalu gagal belajar.
Dalam studi kasus peneliti mempelajari dan memahami secara mendalam dalam jangka waktu tertentu, peneliti mengungkap semua variabel yang menyebabkan sebuah kasus. Fokus utamanya adalah mengapa individu melakukan hal tersebut dan bagaimana pengaruhnya terhadap lingkungan atau masyarakat.
2. Jenis pendekatan menurut timbulnya variable adalah:
a. Pendekatan non-eksperimen
Pendekatan Non-eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi). Misalnya, penelitian mengenai kemunduran prestasi belajar siswa, kemunduran rasa tanggung jawab.
Penelitian non-eksperimen pada dasarnya merupakan penulusuran kembali terhadap suatu situasi atau perisitwa yang telah terjadi bertujuan untuk menemukan faktor-faktor timbulnya peristiwa tersebut.
b. Pendekatan eksperimen
Pendekatan Eksperimen adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel-variabel yang akan datang. Pendekatan Eksperimen/eksplanatori adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan apa-apa yang akan terjadi bila variabel-variabel tertentu dikontrol atau dimanipulasi secara tertentu.
3. Jenis pendekatan menurut pola atau sifat penelitian non-eksperimen.
Sehubungan dengan pendekatan jenis ini, maka dibedakan atas:
a. Penelitian kasus (case-studies)
Penelitian case studies atau penelitian lapangan (field study) dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Penelitian case studies merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu dan hasil penelitian tersebut memberikan gambaran luas serta mendalam mengenai unit sosial tertentu. Subjek yang diteliti relatif terbatas, namun variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas dimensinya (Danim, 2002).
b. Penelitian kausal komparatif
Pendekatan Kausal-Komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara berdasarkan atas pengamatan terhadap akibat yang ada, mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
Dengan kata lain, penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang dikumpulkan.
c. Penelitian korelasi
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328) .
Pada dasarnya penilitian korelasianal merupakan menghubungkan dua variabel dan menghitung tingkat hubungan kedua varibel tersebut.
d. Penelitian historis
Penelitian historis yaitu usaha untuk mempelajari dan mengenali fakta-fakta dan menyusun kesimpulan mengenai peristiwa-peristiwa masa lampau. Peneliti dituntut menemukan fakta, menilai dan menafsirkan fakta yang diperoleh secara sistematis dan objektif untuk memahami masa lampau.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan hal-hal yang telah terjadi di masa lalu. Prosesnya menggunakan kaidah dan prosedur penelusuran, pencatatan, analisis, dan menginterpretasikan kejadian-kejadian masa lalu guna menemukan generalisasi yang bertujuan untuk menjelaskan masa lalu juga masa kini.
e. Penelitian filsofis
Penlitian filosofis adalah pendekatan yang dilakukan untuk memahami hakikat suatu permasalahan atau peristiwa melalui pemahan teradap suatu objek kajian.
Dengan menggunakan pendekatan filosofis ini diharapkan seseorang dapat memberi makna terhhadap sesuatu yang dijumpainya dan dapat menangkap hikmah serta ajaran yang terkandung di dalamnya.
Tiga penelitian yang pertama, dinamakan juga penelitian deskriptif.
4. Jenis pendekatan menurut model pengembangan atau model pertumbuhan, adalah:
a. “One-shot” model, yaitu model pendektan yang menggunakan satu kali pengumpulan data pada “satu saat”. Misalnya, penelitian yang dilakukan untuk meneliti perkembangan motorik pada anak usia 1 tahun, penelitian dilakukan pada satu waktu terhadap satu kelompok.
b. Longitudinal model, yaitu memprlajari berbagai tingkat petmbuhan denga cara “mengikuti” perkembangan bagi individu-individu yang sama. Misalnya, meneliti perkembangan motorik sekelompok anak umur 7 , 8, 9, 10, 11, 12 bulan, dengan demikian, penelitian dilakukan pada beberapa waktu terhadap 1 kelompok.
c. Cross-sectional model, yaitu gabungan antara model a dan b untuk memperoleh data yang lebih lengkap yang dilakukan dengan cepat sekaligus dapat memngambarkan perkembangan individu selama dalam masa pertumbuhan karena mengalami subjek dari berbagai tingkat umur. Misalnya, seorang peneliti yang meneliti perkembangan pola pikir suatu sekolah dasar, maka peneliti meneliti secara serentak kelas I, II, III, IV, V dan VI.


B. Penentuan Pendekatan
Rancangan atau pendekatan penelitian banyak dipengaruhi oleh jenis dan banyaknya variable, teatapi sebaliknya jenis variabel juga dipengaruhi oleh jenis pendekatan.selain pendekatan penelitian ini dipengaruhi oleh banyak dan jenis variabel, tetapi masih ada faktor-faktor lain yang tidak juga penting artinya, faktr-faktor yang mempengaruhi jenis pendekatn ini antara lain:
1. Tujuan penelitian
2. Waktu dan dana yang tersedia
3. Tersedianya subjek penelitian
4. Minat atau “selera” peneliti












BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian kuantitatif proses penelitian dapat dilakukan dengan dengan beberapa pendekatan yaitu:
1. Jenis pendekatan menurut teknik samplingnya:
a) Pendekatan populasi
b) Pendekatan sampel
c) Pendekatan kasusu
2. Jenis pendekatan menurut timbulnya variabel:
a) Pendekatan non-eksperimen
b) Pendekatan eksperimen
3. Jenis pendekatan menurut pola-pola atau sifat penelitian non- eksperimen
a) Penelitian kasus
b) Penelitian kausal
c) Penelitian korelasi
d) Penelitian historis
e) Penelitian filosofis
B. Saran
Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyarankan kepada pembaca untuk membaca dari sumber lain yang berkaitan dengan pemilihan pendeketan dalam penelitian kuantitatif.

ilmu pendidikan islam

BAB II
PEMBAHASAN
PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian peserta didik
Dalam pendidikan adanya istilah belajar sepanjang hidup (long live education) dengan berpijak kepada pradigma tersebut maka istilah yang tepat untuk individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik, karena istilah peserta didik lebih luas dari istilah anak didik.
Istilah anak didik sangat sempit karena lebih khusus bagi individu yang berusia anak-anak. Sementara istilah pesrta didik cakupannya lebih luas, tidak hanya melibatkan anak-anak tetapi juga orang dewasa.
Peserta didik adalah suatu komponen dalam sisitem Pendidikan Islam. Peserta didik merupakan “raw material” (bahan mentah) didalam proses transformasi yang disebut pendidikan. Dalam pendidikan peserta didik merupakan suatu komponen yang yang perlu mendapat bimbingan kepada arah yang lebih baik, bimbingan tersebut bertujuan untuk mengembangkan aspek fisik maupun psikis, karena peseta didik dikatan sebagai raw material maka perlu adanya pendidikan untuk menjadikan pesrta didik yang dapat berguna bagi dirinya dan orang lain.
Dalam tasawuf peserta didik sering kali disebut dengan “murid atau thalib. Secara etimologi , murid berarti “orang yang menghendaki”. Sedangkan menurut arti terminology, murid adalah “pencari hakikat dibawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing”. Sedangkan thalib secara bahasa berarti “orang yang mencari”. Sedangkan menurut istilah tasawuf adalah “penempuh jalan spiritual, dimana ia berusaha keras menempah dirinya untuk mencapai derajat sufi”.
Istilah murid atau thalib memiliki makna yang lebih mendalam dari pada istilah siswa. Artinya dalam proses pendidikan terdapat individu yang sungguh- sungguh menghendaki dan mencari ilmu.
Peserta didik menurut UU RI Nomor 2 tahun 1989 dan no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Ps. 1 ayat 4, adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dalam pengertian umum, peserta didik/ anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan, sedang dalam arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.
Dari beberapa pandangan tentang pengertian peserta didik maka peseta didik itu adalah Indivdu yang menjadi suatu komponen dalam pendidikan yang berusaha bersungguh-sungguh untuk mengembangkan dirinya baik aspek fisik maupun psikis melalui bimbingan-bimbingan kepada arah yang lebih baik.
B. Hakikat Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
peseta didik itu adalah Indivdu yang menjadi suatu komponen dalam pendidikan yang berusaha bersungguh-sungguh untuk mengembangkan dirinya baik aspek fisik maupun psikis melalui bimbingan-bimbingan kepada arah yang lebih baik.
Peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan islam, sehinga kedudukannya dalam proses pendidikan menempati posisi urgen sebagai syarat terjadinya proses pendidikan, tanpa adanya peserta didik maka proses pendidikan islam tidak akan terlaksana. Dalam paradigma islam peserta didik adalah subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan dari orang lain (pendidik) untuk membantu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimilikinya. Serta membimbingnya menuju kepada arah yang lebih dewasa.

C. Dimensi Peserta Didik Yang Perlu Dikembangkan
Zakiah Derajat , membagi manusia kepada tujuh dimensi, dimensi tersebut harus dikembangkan melalui pendidikan islam.
1. Dimensi Fisik (Jasmani)
Manusia merupakan organisme yang memiliki fisik lebih sempurna dari makhluk lainnya. Untuk menjaga dan membina fisik tersebut harus degan melalui pendidikan islam. Dalam islam mendidik jasmani (fisik) bertujuan untuk membina tubuh dalam mencapai pertumbuhan sempurna dan untuk mengembangkan energi potensial yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan perkembagan fisik manusia
2. Dimensi Akal (Dimensi Kogitif)
Akal meupakan suatub fitrah yang diberikan Allah SWT, didalam pendidikan akal dikenal dengan aspek kognitif. Kognitif salah satu peranan psiklogis yang berpusat diotak, yang perlu dikembang melalui pendidikan dengan mengaktualkan potensi dasar yang telah dibawa sejak lahir. Mendidik akal, tidak lain adalah mengaktualkan potensi dasarnya. Akal adalah dimensi yang sangat berperan dalam pengolahan pemahaman, pertimbangan, informasi,pemecahan masalah dan keyakinan.

1. Dimensi Keberagamaan
Manusia sebagai makhluk yang religius, sehingga ingin menjadi makhluk yang dekat dengan tuhannya dan ingin menjadi makhluk yang baik dan dicentai oleh tuhannya. Dengan melalui pendidikan islam pesreta didik dapat mengembangkangkan dimensi keagamaan untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT.
2. Dimensi Akhlak
Pendidikan islam bertujuan untuk mengembangkan dimensi akhlak pada peserta didik agar peserta didik dapat bertingkah laku dengan akhlak yang al-karimah. Tingkah laku pada peseta didik sangat penting untuk dibina melalalui proses pendidikan islam, tampa adanya pembinaan terhadap tingkah laku maka peserta didik akan kehilangan arah dalam mengarungi kehidupan duiawi.
Dimensi akhlak merupakan dimensi yang sangat diutamakan dalam pendidikan islam, karena akhlak adalah dimensi yang paling utama harus dikembangkan. Tujuan dari pendidikan akhlak dalam islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, ikhlas, jujur dan suci.
3. Dimensi Rohani
Kejiwaan merupakan suatu dimensi yang sangat penting, dan memiliki pengaruh dalam mengendalikan keadaan manusia agar dapat hidup tentram dan bahagia. Melalui pendidikan islam kejiwaan dapat dibina agar memiliki kejiwaan yang tenang dan tentram, (Ramayulis: 2008).
Pendidikan islam bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai agama dan membentuk sikap keagamaan kedalam jiwa peserta didik agar mereka memiliki kepribadian yang teguh.
4. Dimensi Seni
Seni adalah ekspresi roh daya manusia yang mengandung dan mengungkap keindahan, seni merupakan salah satu potensi yang dapat diungkapkan oleh seseorang sesuai dengan kecenderungannya, atau oleh sekelompok masyarakat sesuai sesuai denga budayanya, tanpa ada batasan yang ketat kecuali yang digariskan oleh Allah, batasan itu dapat diketahui malalui pendidikan islam
Dimensi seni (keindahan) pada diri manusia tidak boleh diabaikan. Sebaliknya perlu ditumbuhkan, karena keindahan itu akan menggerakkan batinnya, memenuhi relung-relung hatinya, meringankan beban kehidupan yang kadang menjemukan, dan menjadikan merasakan keberadaan nilai-nilai, serta lebih mampu menikmati keindahan hidup.
5. Dimensi Sosial
Manusia adalah makhluk individual dan secara kebersamaan adalah makhluk social. Satu individu tanpa adanya individu lain tidak dapat hidup karena individu saling membutuhkan dan salling ketergantungan.
Keserasian antar individu dan masyarakat tidak mempunyai kontradiksi antara tujuan sosial dan individu. Dalam islam tanggung jawab tidak terbatas pada perorangan tetapi juga sosial sekaligus. Pendidikan sosial ini melibatkan bimbingan terhadap tingkah laku sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya.
D. Kode Etik Peserta Didik
Kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar.Al-Ghazali, mermuskan sebelas kode etik peserta didik, yaitu:
1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT. dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut untuk menyucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela dan mengisi dengan akhlak yang terpuji
2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi. Artinya tak semata- mata unutk mendapatkan pekerjaan, tapi juga belajar ingin berjihad melawan kebodohan demi mencapai derajat kemanusiaan yang tingi, baik dihadapan manusia dan Allah SWT.
3. Bersikap tawadhu’ (rendah hati) dengan cara meninggalkan kepentingan pribadinya deni kepentingan pendidiknya.
4. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran, sehingga ia fokus dan dapat memperoleh satu kompetensi yang utuh dan mendalam dalam belajar
5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji (mahmudah), baik untuk ukhrawi maupun duniawi,serta meninggalkan ilmu-ilmu yang tercela (madzmumah).
6. Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang mudah (konkret) menuju pelajaran yang sukar (abstrak).
7. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya, sehingga peserta didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.
8. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari, sehingga mendatangkan objektivitas dalam memandang suatu masalah.
9. Memprioritaskan ilmu diniyah yang terkait dengan kewajiban sebagai makhluk Allah SWT. Sebelum memasuki ilmu duniawi.
10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang bermanfaat dapat membahagiakan, menyejahterakan, serta memberi keselamatan hidup dunia akhirat.
11. Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik sebagaimana tunduknya orang sakit terhadap dokternya, mengikut segala prosedur dan metode madzab yang diajarkan oleh pendidik pendidik pada umumnya, serta
diperkenankan bagi peserta didik untuk mengikuti kesenian yang baik.

E. Hak dan Kewajiban Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
Setiap peserta didik berhak untuk:
a. Mendapatkan pendidikan islam dengan baik
b. Mendapatkan pendidikan islam sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya
c. Mendapatkan beasiwa bagi yang beprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya
d. Mendapatkan perlakuan yang baik dan semestinya dari pendidik

Setiap peserta didik berkewajiban
a. Menjaga norma-norma pendidikan islam untuk menjamin keberlangsugan proses dan keberhasilan pendidikan
b. Ikut menanggung biaya pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
c. Menghormati pendidik dengan baik
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah peseta didik itu adalah Indivdu yang menjadi suatu komponen dalam pendidikan yang berusaha bersungguh-sungguh untuk mengembangkan dirinya baik aspek fisik maupun psikis melalui bimbingan-bimbingan kepada arah yang lebih baik.
Peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan islam, sehinga kedudukannya dalam proses pendidikan menempati posisi urgen sebagai syarats terjadinya proses pendidikan.
Dalam pendidikan islam ada beberapa dimensi yang akan dikembangkan yaitu: dimensi fisik, dimensi akal, dimensi keberagaman, dimensi akhlak, dimensi rohani, dimensi seni, dimensi social.
Dalam pendidikan islam harus melaksanakan nilai-nilai yang berlaku dalam pendidikan yang bertujuan untuk mendukung keberhasilan suatu prose pendidikan
B. SARAN
Bedasarkan kesimpulan diatas kami sebagai penulis menyarankan kepada pembaca untuk membaca dari sumber lain yang berkaitan dengan pesrta didik untuk menambah pemahaman yang lebih baik tentang peserta didik.







DAFTAR PUSTAKA

Mujib, abdul. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
http://datastudi.wordpress.com/2009/07/13/hakekat-peserta-didik/
http://apit89.weebly.com/tugas-profesi-pendidikan.html

pengelolaan pengajaran

BAB I
PENDAHULUAN
Pengelolaan pengajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur (memanajemeni, mengendalikan) aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan pengajaran agar tercapai secara lebih efekif, efisien dan produktif yang diawali dengan penentuan stratetegi dan perencanaan , diakhiri dengan penilaian.
Pengajaran memang bukan konsep atau praktek yang sederhana. Ia bersifat kompleks, menajadi tugas dan tanggung jawab guru yang seharusnya.
Agar lebih jelasnya tentang pengelolaan pengajaran, penulis menjelaskan secara rinci pada bab berikutnya.
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk kesempurnaan penulisan makalah pada masa yang akan dating penulis mengharapkan kritikan dan sarannya










BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan pengajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur (memanajemeni, mengendalikan) aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan pengajaran agar tercapai secara lebih efekif, efisien dan produktif yang diawali dengan penentuan stratetegi dan perencanaan , diakhiri dengan penilaian.
Pengajaran adalah suatu aktivitas (proses) yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas banyak komponen. Masing- masing komponen pengajaran tidak bersifat parsial. (terpisah) atau berjalan sendiri-sendir, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer dan berkesinambungan.
B. Pengelolaan Bahan Ajar
Guru sebagai tenanga pendidik sebelum melaksanakan proses pembelajaran harus menyusun bahan ajar sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien
Seorang guru dalam menyusun bahan ajar harus memperhatikan segala aspek agar bahan ajar yang disusun dapat mencapai sasaran atau tujuan pembelajaran yang optimal.
Bahan ajar adalah segala hal yang berhubungan dengan alat untuk memncapai tujuan pembelajaran.
Ruang lngkup bahan ajar ada beberapa bagian yaitu
1. Program semester
2. Program tahunan
3. Silabus
4. Rencana pelaksanaan pembelajaran
5. Materi pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan bahan pokok yang akan diberikan kepada peserta didik yang bertujuan untuk menambah sejumah pengetahuan kepada peserta didik
Materi pelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum, karena itu, pemilhan materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan ukuran-ukuran( kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi bersangkutan. Dalam pemilihan materi pelajaran ada beberapa kiriteria yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
a) Kreiteria tujuan instruksional
b) Materi pelajaran supaya terjabar
c) Relevan dengan kebutuhan sisiwa
d) Kesuaian dengan kebutuhan masyarakat
e) Materi pelajaran mengandung segi-segi etik
f) Materi pelajaran sesuai dengan perkebangan zaman
g) Materi pelajaran sesuai dengan tingkatan perkembangan pesertad didik.
C. Pengelolaan Metode dan Media
1. Pengelolaan Metode
a. Pengertian Metode
Metode pengajaran diartikan sebagai cara atau langakah-langkah yang digunakan dalam menyampaikan sesuatau gagasan, pemikiran atau wawasan yang disusun sacara sistematis dan terencana serta berdasarkan pada, teori, konsep dan prinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu terkait.
b. Kedudukan Metode
Metode pengajaran memiliki kedudukan yang amat strategis dalam mendukung keberhasilan pengajaran,itu, itulah sebabnya seorang guru yang ditugaskan mengajar disekolah harus yang profesional, yaitu guru yang ditandai oleh penguasaan yang prima terhadap metode pengajaran. Melalui metode pengajaran, mata pelajaran dapat disampaikan secara efisien, efektif dan terukur dengan baik, sehingga dapat dilakukan perencanaan dan perkiraan dengan tepat
c. Macam-macam Metode Pengajaran
Dilihat dari segi langkah-langkah dan tujuaan kompetensi yang ingin dicapai, terdapat sejumlah metode yang dapat dipakai oleh seorang guru dalam melakukan pengajaran,yaitu: metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi, karyawisata, penugasan, pemecahan masalah, diskusi, simulasi, eksperimen, penemuan, dan proyek atau unit.

d. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode pengajaran
1) Faktor tujuan dan bahan pelajaran
2) Faktor peserta didik
3) Fakor lingkungan
4) Faktor alat dan sumber belajar
5) Faktor kesiapan guru
2. Pengelolaan Media
a. Pengertian dan Jenis-jenis Media Pengajaran
Media dalam pembelajaran merupakan sautu alat bantu bagi guru dalam menyampaikan materi kapada peserta didik dengan tujuan dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih baik.
Media dalam pendidikan merupakan sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi, sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru
Ada beberapa jenis media pendidikan yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran:
1) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, atau diagram, poster, kartun, komik dan lain
2) Media elektronik seperti komputer, radio, televisi, OHP dan lain-lain.
b. Pertimbangan dalam Memilih Media Pengajaran
Kegiatan memilih media pengajaran ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruahn proses penggunaan media pengajaran, karena apabila keliru dalam media pengajarannya, maka keberhasilan proses berikutnya juga akan terpengaruh. Bentuk-bentuk pertimbangan dalam memilih media pengajaran adalah sebagai berikut:
1) Kesesuaian Dengan Tujuan Pengajaran.
Pemilihan media pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang akan dicapai, untuk ketepatan dalam memilih media pengajaran, tujuan pengajaran yang hendak dicapai harus jelas.

2) Objektivitas
Pemilihan media pengajaran juga harus didasarkan pada objektivitas, yakni pemilihan media pengajaran tersebut bukan atas kesenangan guru melainkan atas dasar keinginan peserta didik.
3) Situasi dan kondisi
Situasi dan kondisi yang ada juga perlu mendapat perhatian didalam menentukan pilihan media pengajaran yang akan digunakan.
4) Kualitas Teknik
Dari segi kualitas teknik, media pengajaran yang akan digunakan harus diperhatikan, baik dari segi persyaratan, keunggulan dan kualitasnya.
5) Keefektifan dan Efisiensi
Dalam memilih media pengajaran guru harus memperhatikan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media tersebut, dan tingkatan perolehan informasi yang akan diserap melalui media tersebut.
D. Pengelolaan Kelas
1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka penydiaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar Berbagai upaya tersebut antara lain mengatur jadwal penggunaan kelas dan berbagai sarana dan prasarana yang terdapat didalamnya, serta menertibkan perikaku peserta didik agar mereka berada dalam kelas dalam keadaan yang terartur, rapi dan tertib.
Dengan demikian dalam pengelolaan kelas ini termasuk pula menertibkan pesrta didik yang melakukan berbagai kegiatan yang tiak ada hubungan dengan kegiatan belajar mengajar, atau suatu kegiatan yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar.
Pengelolaan kelas sesungguhnya merupakan bagian dari tugas penting yang dilakukan oleh guru, pada setiap kali melakukan kegiatan belajar mengajar.
2. Usaha Preventif Masalah Pengelolan Kelas
Pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka penydiaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa kennyamanan dan keamanan untuk belajar. Tindakan lain dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
Dimensi korektis dapat dibagi dua yaitu tindakan yang seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi gangguan (dimensi tindakan) dan tindakan penyembuhan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang terlanjur terjsadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut.
Dimensi pencegahan dapat merupakan tindakan guru dalam mengatur lingkungan belaja, mengatur peralatan, dan lingkungan sosio-emosional.
a. Kondisi dan Situasi Belajar Mengajar
1) Kondisi Fisik
Llingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil belajar. Lingkungan fisik yang dimaksud akan meliputi hal-hal sebagai berikut.
a) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
b) Pengaturan tempat duduk
c) Ventilasi dan pengaturan cahaya
2) Kondisi Sosio-emosional
Suasana sosio-emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terbhadap proses belajar mengajar, kegairahan peserta didik merupakan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran.
a) Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan guru akan meawarnai suasana emosional dalam kelas. Tipe kepemimpinan guru yang lebih otoriter akan menghasilkan sikap peserta didik yang apatis. Tapi dipihak lain akan menumbuhkan sikap agresif.
Tipe kepemimpinan guru yang lebih menenkankan kepada sikap demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap prsahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling mempercayai.
b) Siakap Guru
Siakap guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar yang melanggar peraturan sekolah tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku peserta didik akan dapat diperbaiki. Kalau guru terpaksa membenci, bencilah tingkah laku peserta didik dan bukan membenci peserta didik
c) Suara Guru
Seorang guru harus memilki suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh kedengarannya rileks akan mendorong peserta didik untuk lebih brani mengajukan pertanyaan, mencoba sendiri, melakukan percobaan terarah dan sebagainya.
d) Pembinaan Raport
Pembinaan hubungan baik dengan peserta didik dalam masalah penngelolaan sangat penting . dengan hubungan baik guru peserta didik diharapkan peserta didik sentiasa gembira, penuh gairah da semangat, bersikap optimistik, serta realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya.
3) Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik di tingkat kelas maupun ditingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas dengan kegitan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan pada semua peserta didik secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanam pada diri setiap peserta didik kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku.
b. Disiplin dan Tata Tertib
Disiplin dalam arti luas mencakup setiap macam pengaruh yang ditunjukan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan peserta didik terhadap lingkungan.
Disiplin timbul dari kebutuhan untuk mengadakan keseimbangan antara apa yang ingin dilakukan oleh individu dan apa yang diinginkan individu dari orang lain dari dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan dari perkembangan yang lebih luas. Dengan disiplin para peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan terentu dan menjauhi larangan tertentu.
3. Berbagai Pendekatan dalam Pengelolaan kelas
Dalam melakukan pengelolaan kelas dijumpai adanya berbagai pendekatan yang digunakan oleh guru, pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Pendekatan Kekuasaan.
Pengelolaan kelas dengan pendekatan kekuasaan diartkan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku peserta didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan tersebut menuntut adanya suautu kegiatan yang dapat menekan pesera didik untuk menaatinnya. Didalamya terdapat kekuassan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
b) Pendekatan Ancaman
Pendekatan ancaman atau intimidasi adalah suatu proses untk mengontrol anak didik dengan cara memberikan ancaman, seperti melarang, mengejek, menyindir, memaksa, dan sebagainya.
c) Pendekatan Kebebasan
Pendekatan kebebasan ini adalah mengupayakan terciptanya kebebasan peserta didik dalam mengerjakan sesuatu, kapan dan dimana saja. Namun demikian pendekatan kebebasan ini dinilai sebagai pendekatan yang mengganggu kewibawaan pendidik, dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengabaikan kedisiplinan. Sehingga banyak guru yang tidak mau memakai pendekatan kebebasan ini.
d) Pendekatan Resep
Pendekatan resep adalah sebuah pengelolaan dengan memberi suatu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam menghadapi semua masalah atau situasi yang terjadi dalam kelas.

e) Pendekatan Pengajaran
Pendekatan pengajaran adalah pengelolaan kelas dengan didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memacahkan masaah itu bila tak dapat dicegah. Dalam hubungan ini, peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pengajaran yang baik.
Pendekatan ini menghendaki agar guru dapat menyajikan pengajaran yang menarik dan relevan, menjalankan alur kegiatan belajar yang efektif, membentuk kebiasan kelas, memberikan petunjuk yang jelas sebagai instruksi singkat yang dapat menunjang pengelolaan kelas yang efektif, menghindari timbulnya prroblema antara siswa, memberikan motivasi, merencanakan suasana kelas yang kondusif dan memberikan pertolongan terhadap kessulitan yang dihadapi pesra didik.
f) Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Pendekatan Perubahan Tingkah laku diartikan sebagai proses untuk mengubah tingkah laku peserta didik.pendekatan ini didasarkan pada asas psikologi tingkah laku.
Dalam hubungan ini peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku peserta didik yang baik, dan mencegah terjadinya tingkah laku yang kurang baik.
g) Pendekatan Emosi dan Hubungan Sosial
Pendekatan Emosi dan Hubungan Sosial adalah pengelolaan kelas yang didasarkan pada pendekatan psikologi klinis dan konseling (penyuluhan). Pendekatan ini didsarkan pada pada asumsi bahwa : a), proses belajar mengajar yang efektif mensyaratkan adanya iklim sosioemosional yang baik antara guru dan pesrta didik, dan antara peserta didik dengan yang lainnya. b), guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya sosio-emosional yang baik.
h) Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok dimaksudkan untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem social, dengan menempatkan proses kelompok sebaga yang paling utama. Dalam kaitan ini guru bertindak sebagai orang yang mengusahakan agar perkebangan dan pelaksanaan proses kelompok ini dapat berjalan secara efektif. Dalam proses kelompok ini guru mengelompokkan peserta didik kedalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah, menyenangkan, dan mengembirakan.



















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpukan bahwa Pengelolaan pengajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur (memanajemeni, mengendalikan) aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan pengajaran agar tercapai secara lebih efekif, efisien dan produktif yang diawali dengan penentuan stratetegi dan perencanaan , diakhiri dengan penilaian.
Ketepatan dan keoptimalan dalam mengelola pengajaran sangat menentukan hasil belajar mengajar, oleh karena itu guru ditugaskan untuk mengelola pengajaran dengan seefektif dan seefisien mungkin.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis menyarankan kepada pembaca untuk membaca dari sumber lain yang berkaitan dengan pengelolaan pengajaran agar dapat menambah wawasan yang lebih tentang pengelolaan pengajaran







DAFTAR KEPUSTAKAAN

Harjanto. 2005. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Rohani HM, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran.Jakarta: Rineka Cipta

Rabu, 21 Desember 2011

siswa sebagai makhluk yang unik


BA II
PEMBAHASAN
A.      SISWA SEBAGAI MAKHLUK YANG UNIK
1.                                Ciri-ciri keunikan siswa
                        Tujuan lembaga pendidikan khusunya sekolah adalah mempersiapkan anak didik agar mereka  dapat hidup dimasyarakat.[1] Tugas pendidikan disekolah adalah membimbing dan membina serta mengembangkan potensi anak didik yang  dibawa sejak lahir agar mereka dapat hidup dimasyarakat yang penuh tantangan. Hal tersebut dapat diwujudkan oleh seorang guru yang dapat memahami anak didik sebagai makhluk yang unik.
                        Menurut wina sanjaya,[2] pada manusia tedapat keunikan-keunikan yang terjadi pada manusia.
a.    Manusia berbeda dengan makhluk lain, Perbedaan tersebut karena kondisi psikologisnya. Manusia hidup bukan hanya sekedar hidup seperti yang terjadi pada binatang atau tumbuhan. Manusia adalah individu yang memiliki kondisi psikologis yang sangat kompleks. Kondisi psikologis inilah yang kemudian menempatkan manusia sebagai subjek yang berperan aktif di muka bumi, bukan hanya sekedar ada dan hadir, akan tetapi keberadan dan kehadiran manusia adalah keberadaan yang bermakna dan memiliki arti penting dalam menentukan dan meramaikan kehidupan di jagat raya ini.
b.    Baik secara fisiologis ataupun psikologis manusia adalah makhluk yang dinamis, makhluk yang selamanya mengalami perkembangan dan perubahan. Ia berkembang khususnya secara fisik dari mulai ketidak mampuan dan kelemahan yang dalam segala aspek kehidupannya membutuhkan bantuan orang lain, secara perlahan-lahan berkembang menjadi manusia yang mandiri yang mampu melepaskan bantuan orang lain dan pada akhirnya kembali pada posisi semula, yaitu manusia yang lemah.
c.    Setiap perkembangan manusia memliki karakteristik yang berbeda. Manusia ketika baru dilahirkan kedunia manusia adalah makhluk yang lemah dan  tak berdaya, keidak berdayaan manusia sejak lahir mungkin kalah bila dibandingkan dengan binatang. Binatang yang baru lahir sudah mampu berjalan dan sebagainnya, sedangkan manusia yang baru lahir tidak mampu hidup tanpa bantuan orang dewasa, namun dibalik kelemahan dan ketidak keberdayaan manusia tersebut memili potensi yang sangat besar  yang sangat besar bila dibandngkan dengan makhluk lain.
2.                                Peran pendidikan dalam perkembangan siswa
                        Dilihat dari perubahan yang terjadi setiap individu, ada dua perubahan yang terjadi, yakni perubahan pada aspek jasamani atau fisik dan perubahan psikopsikis (rohani). Perbahan fisik adalah perubahan yang berkaitan dengan pertumbuhan terhadap organ-organ tubuh manusia, perubahan ini dibatasi oleh waktu, dengan kata lain bahwa pertumbuhan tersebut akan berhenti apabila telah sampai pada kemantangan fisik.[3]
                        Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuanttatif ini dapat berupa pembesaran atau pertambahn dari tidak ada mejadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menadi banyak, dari sempit menjadi luas.[4] Pertumbuhan berhubungan degan perubahan yang terjadi pada aspek jasmani manusia (fisik).
                        Perkembangan merupakan perubahan fungsi-fungsi (psikopsikis) setiap manusia kearah yang lebih baik dan sempurna.[5] apaila dilihat dari aspek pertumbuhan dan perkembangannya, ini memiliki konsekuensi kepada perlakuan pendidikan. Pada masa bayi pendidikan yang diberikan oleh orang dewasa lebih banyak memberikan bantuan untuk pertunuhan fisik, misalnya bagaimana agar anak dapat mefungsikan kakinya untuk bejalan ; bagaimana anak agar dapat memfungsikan tangannya untuk memegang; bagaimana anak dapat memfungsikan matanya untuk melihat dan lain sebagainya. Hal ini terus dilakukan sampai anak memiliki kemampuan mengendalikan dan memfungsikan organ tubuhnya.
                        Menginjak pada masa usia TK proses pendidikan bukan hanya sekedar melatih organ tubuhnya agar befungsi lebih sempurna , akan tetapi juga mengembangkan kemampuan psikologis yang mulai berkembang, misalnya mengembngkan daya cipta, mengembangkan keberanian, dan lain sebagainya melalui permainan-permainan yang menantang  serta melaui cerita-cerita khayalan untuk mengembangkan kemampuan imajinasi anak.
                        Pada masa anak usia SD, dunia khayal anak berubah menuju  dunia nyata yang konkret. Semua yang pernah dikhayalkan ia ingin konkretkan, yang berari peran pendidikan bergeser dari memberi bantuan secara fisiologis menjadi pemberian bantuan terhadap mental-psikologis anak. Pada masa ini, peran guru sebagai orang dewasa yang bertugas mengembangkan kemampuan intelektual anak semakin besar
                        Habis masa berpikir konkret anak berkembang pada kemampuan berpikir abstrak. Segala yang diajarkan tidak lagi perlu dengan menggunakan alat yang hanya berfungsi umtuk mengkonkretkan yang diajarkan.
                        Mengembangkan kemampuan berpikir melalui pemanfaatan potensi otak, merupakan peran pendidikan pada masa berpikir abstrak. Pada tahapan ini, anak didorong untuk mampu memecahkan masalah secara kritis dan logis serta anak didorong untuk secara aktif berkreasi menemukan gagasan baru melalui proses berpikir kreatif. Dengan demikian, gurupun harus siap  dengan mengembangkan perannya sebagai mitra dialog serta fasilitator yang berperan untuk mempermudah siswa belajar, idealnya pada usia perkembangan ini, anak sudah bisa belajar mandiri; anak sudah memilki tanggung jawab untuk keberhasilannya, sehingga tugas dan peran guru bukan haya sebagai sumber belajar akan tetapi juga sebagai fasilitator dalam belajar.
B.       BENTUK PERKEMBANGAN SISWA
Untuk kepentingan pembelajaran, ada tiga bentuk perkembangan pada setiap manusia yakni:
1.                            Perkembangan Motorik
                        Perkembangan motorik adalah perkembangan yang berkaitan dengan perubahan otot dan gerakan-gerakan fisik. Terjadi perubahan fisik yang luar biasa pada anak menjelang usia remaja, yakni antara dua-tiga belas tahun hingga pada usia dua puluh satu-dua puluh dua tahun. Pada saat ini, perkembangan fisik anak akan semakin matang.
                        Perkembangan motorik anak berkembang dari mulai gerakan –gerakan yang muncul secara ilmiah, kemudian gerakan menirukan sesuatu dan gerakan  koordinasi antara gerakan fisik dan mental
                        Ada tiga faktor penting yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik anak atau perkembangan motor skills anak yang dapat diupayakan oleh orang lain diluar dirinya, misalnya orang  tua dan guru, yaitu 1) pertumbuhan dan perkembanga sistem saraf. 2) pertumbuhan otot-otot,dan 3) perubahan struktur jasmani. Faktor  lain yang mempengaruhi kemampuan motorik anak adalah perubahan struktur  fisik anak, maka akan semakin sempurna fisik anak, misalnya tinggi badan, bobot serta proporsi atau perbandingan struktur tubuh
2.                            Perkembangan kognitif
                        Perkembangan kognitif  adalah perkembangan yang berkenaan dengan perilaku mental seseorang yang meliputi pemahaman, pertimbangan,pengolahan informasi, dan pemecahan masalah.[6]
            Perubahan kognitif yaitu perkembangan yang terjadi pada intelegensi seseorang, dengan adanya perkembangan intelegensi seseorang dapat memiliki pemahaman yang semakin mendalam dan pengetahuan yang luas.
            Pendidik sebagai orang yang membimbing anak didik dalam kegiatan belajar harus memperhatikan perkembngan kognitif (intelegensi) anak, agar pembelajaran yang diberikan sesuai dengan tingkatan intelegensi anak. Perkembangan intelegensi anak sangat dipengaruhi oleh tingkatan umur. Tiap tingkatan umur akan memiliki tingkatan itelegensi yang berbeda.
            Untuk memahami perkembngan kognitif siswa, salah satu teori yang banyak digunakn adalah seperti yang dikemukakan oleh Piaget (1896-1980)[7] adalah kemampuan kognitif merupakan suatua yang fundamental yang mengarahkan dan memimbimg perilaku anak. Ada dua konsep yang perlu diketahui untuk memahami teori perkembngan kognitif dari piaget,  yaitu konsep tentang fungsi dan konsep tentang struktur,
            Menurut Piaget, perkembngan kognitif setiap individu  berlansung dalam bebrapa tahapan-tahapan tertentu. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari atas 4 fase, yaitu:
a.       Sensori motor berkembang dari 0-2 tahun
b.      Pra-operasional, mulai dari 2-7 tahun
c.       Operasional konkret, berkembang deri 7-11 tahun
d.      Operasional formal,yang dimulai dari 11 sampai dengan 14 tahun keatas.
3.                            Perkembangan sosial dan moral
            Perkembangan sosial dan moral siswa merupakan aspek penting yang harus dipahami oleh setiap perancang pembelajaran. Hal ini disebabkan pengembangan aspek sosial dan moral adalah dasar dalam proses pendidikan. Keberhasilan pengembangan sosial dan moral siswa disekolah akan sangat tergantung pada kemampuan guru membangun sistem sosial pada setiap siswa.
C.      PENERAPAN SETIAP ASPEK PERKEMBANGAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN
1.        Melatih kemampuan dan pengembangan fisik
          Perkembangan fisik manusia berkembang secara bertahap. Proses pendidikan harus sesuai dengan irama perkembngan fisik siswa. Proses pendidikan yang mampu mengembangkan fisik sesuai dengan irama perkembangan fisik yang dimiliki setiap anak akaa menjadi modal dasar untuk perkembangan lebih lanjut.
          Pendidikan yang dilaksanakan pada anak usia TK misalnya, diarahkan untuk lebih memfungsikan setiap organ tubuh. Pada masa usia ini, otot-otot anak masih belum sempurna dan masih belum proporsional.
          Ketika anak memasuki usia SD, perkembangan fisik anak semakin proporsional. Artinya, organ-organ tubuh tumbuh  serasi. Hal ini terbukti misalnya, ukuran tangan kanan tidak lebih panjang dari ukuran tangan kiri; atau ukuran leher tidak lebih besar dari pada ukuran kepala yang disangganya; ukuran panjang kaki lebih serasi dengan ukuran panjang badan.
          Ketika anak memasuki usia remaja misalnya, usia memasuki SLTP dan SLTA, pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh semakin sempurna, baik dilihat dari bentuk dan proporsionalnya maupun dari kekuatan. Arti penting pendidikan pada masa ini adalah memberi keterampilan-keterampilan yang berguna untuk kehidupan yang kelak,  sebab belajar keterampilan (motor learning) dapat dilakukan manakala seseorang telah memiliki kemampuan yang melibatkan penggunaan tangan, kaki, dan orang tubuh lainnya secara sempurna. Untuk anak yang tidak dapat memfungsikan fisiknya dengan baik akan sulit mengembangkan keterampilan.
2.       Pembelajaran pengembangan aspek kognitif
            Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual, yakni kemampuan anak dalam menggunakan otak untuk berpikir. Kemampuan anak dalam menggunakan otak adalah salah satu  karakteristik yang dimiliki oleh manusia sihingga membedakan manusia dengan makhluk lain.
Proses pendidikan mestinya mengembangkan  aspek kognitif pada anak agar ia mampu mengunakan kemampuan berpikirnya dengan baik
                        Teori yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berpikir adalah teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget. Menurut Santrock (2007) ada beberapa hal yang dapat dijadikan panduan dalam menerapkan. Teori Piaget untuk pendidikan anak seperti dikemukakan berikut
a.    Gunakan pendekatan konstruktivitas.
b.    Fasilitasi mereka untuk belajar.
c.    Pertimbangkan pengetahuan dan tingkat pikiran anak
d.   Gunakan penilaian terus-menerus
e.    Tingkatkan kemampuan intelektual murid
f.     Jadikan ruang kelas menjadi ruangan eksplorasi dan penemuan
3.       Pendidikan Moral Siswa
Pendidikan moral merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan
Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan pendidikan moral, yakni pendidikan karakter, klarifikasi nilai dan pendidikan moral kognitif
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang bersentuhan lansung dengan pembentukan moral anak. Pendidikan karakter adalah proses mengajari anak dengan pengetahuan moral dasar untuk mencegah mereka meakukan tindakan-tindakan tak bermoral yang membahayakan orang lain dan membahayakan dirinya sendiri sepertu perilaku  berbohong, menipu dan mencuri.
Pendidikan moral merupakan pendidikan dasar bagi anak didik agar ia dapat bertingkah laku dengan nilai-nilai atau norma. Dengan pendidikan moral yang ditanamkan dalam jiwa anak maka ia bisa membedakan hal-hal yang negatif dan positif.
Pendidikan moral kognitif adalah pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa murid harus mempelajari hal-hal seperti demokrasi dan keadilan saat moral mereka sedang berkembang (Santrock, 2007)[8]
Pendidikan demokrasi harus diberikan pada anak didik berbarengan dengan pendidikan moral, pendidikan tersebut bertujuan agar anak didik memiliki nilai-nilai kemanusiaan sebagai manusia yang hidup secara bermasayrakat
Beberapa hal yang perlu dapat membantu perkembangan moral anak dalam proses pendidikan disekolah seperti yang dikemukakan Honing dan Witter (1996)[9]  adalah sebagai berikut
a.    Hargai dan tekankan konsiderasi kebutuhan orang lain
b.    Jadilah contoh perilaku prososial
c.    Berilah label dan identifikasi perilaku prososial dan perilaku antisocial
d.   Bantu siswa untuk menentukan sikap dan memahami perasaan orang lain
e.    Kembangkan proyek kelas dan sekolah yang dapat meningkatkan altruism





BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manusia adalh makhluk yang unik karena memiliki bentuk jasmani yang sempurna dan memiliki perkembangan psikologis yang sangat mengagumkan
Pada manusia memiliki bentuk perkembangan, yaitu 1) perkembangan motorik, 2) perkembangan kognitif, 3) perkembangan sosial dan moral.
B.  Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah kami uraikan kepada pembaca maka penulis menyarankan kepada pembaca untuk membaca sumber lain yang berkaitan dengan, perkembangan siswa agar dapat menambah pemahamanya.









DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta:
            Prenada Media Group
Mustaqin dan Wahid, Abdul. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
             Prenada Media Group


[1] Wina sanjaya, perencanaan dan desain sistem pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group,          2008), h, 251.
[2] Ibid, h, 252.
[3] Wina Sanjaya, Perencanaan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta:Prenada Media Group, 2008), h, 253.
[4] Mustaqin dan Abdul Wahid, Psikologi Pendidkan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h, 24.

[6] Wina Sanjaya, Perencanaan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h, 261.
[7] Ibid, h, 261.
[8] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group), h, 277.
[9] Ibid, h, 277.