tanda tangan

tanda tangan
cici lavenia.com.i love you

Rabu, 21 Desember 2011

siswa sebagai makhluk yang unik


BA II
PEMBAHASAN
A.      SISWA SEBAGAI MAKHLUK YANG UNIK
1.                                Ciri-ciri keunikan siswa
                        Tujuan lembaga pendidikan khusunya sekolah adalah mempersiapkan anak didik agar mereka  dapat hidup dimasyarakat.[1] Tugas pendidikan disekolah adalah membimbing dan membina serta mengembangkan potensi anak didik yang  dibawa sejak lahir agar mereka dapat hidup dimasyarakat yang penuh tantangan. Hal tersebut dapat diwujudkan oleh seorang guru yang dapat memahami anak didik sebagai makhluk yang unik.
                        Menurut wina sanjaya,[2] pada manusia tedapat keunikan-keunikan yang terjadi pada manusia.
a.    Manusia berbeda dengan makhluk lain, Perbedaan tersebut karena kondisi psikologisnya. Manusia hidup bukan hanya sekedar hidup seperti yang terjadi pada binatang atau tumbuhan. Manusia adalah individu yang memiliki kondisi psikologis yang sangat kompleks. Kondisi psikologis inilah yang kemudian menempatkan manusia sebagai subjek yang berperan aktif di muka bumi, bukan hanya sekedar ada dan hadir, akan tetapi keberadan dan kehadiran manusia adalah keberadaan yang bermakna dan memiliki arti penting dalam menentukan dan meramaikan kehidupan di jagat raya ini.
b.    Baik secara fisiologis ataupun psikologis manusia adalah makhluk yang dinamis, makhluk yang selamanya mengalami perkembangan dan perubahan. Ia berkembang khususnya secara fisik dari mulai ketidak mampuan dan kelemahan yang dalam segala aspek kehidupannya membutuhkan bantuan orang lain, secara perlahan-lahan berkembang menjadi manusia yang mandiri yang mampu melepaskan bantuan orang lain dan pada akhirnya kembali pada posisi semula, yaitu manusia yang lemah.
c.    Setiap perkembangan manusia memliki karakteristik yang berbeda. Manusia ketika baru dilahirkan kedunia manusia adalah makhluk yang lemah dan  tak berdaya, keidak berdayaan manusia sejak lahir mungkin kalah bila dibandingkan dengan binatang. Binatang yang baru lahir sudah mampu berjalan dan sebagainnya, sedangkan manusia yang baru lahir tidak mampu hidup tanpa bantuan orang dewasa, namun dibalik kelemahan dan ketidak keberdayaan manusia tersebut memili potensi yang sangat besar  yang sangat besar bila dibandngkan dengan makhluk lain.
2.                                Peran pendidikan dalam perkembangan siswa
                        Dilihat dari perubahan yang terjadi setiap individu, ada dua perubahan yang terjadi, yakni perubahan pada aspek jasamani atau fisik dan perubahan psikopsikis (rohani). Perbahan fisik adalah perubahan yang berkaitan dengan pertumbuhan terhadap organ-organ tubuh manusia, perubahan ini dibatasi oleh waktu, dengan kata lain bahwa pertumbuhan tersebut akan berhenti apabila telah sampai pada kemantangan fisik.[3]
                        Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuanttatif ini dapat berupa pembesaran atau pertambahn dari tidak ada mejadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menadi banyak, dari sempit menjadi luas.[4] Pertumbuhan berhubungan degan perubahan yang terjadi pada aspek jasmani manusia (fisik).
                        Perkembangan merupakan perubahan fungsi-fungsi (psikopsikis) setiap manusia kearah yang lebih baik dan sempurna.[5] apaila dilihat dari aspek pertumbuhan dan perkembangannya, ini memiliki konsekuensi kepada perlakuan pendidikan. Pada masa bayi pendidikan yang diberikan oleh orang dewasa lebih banyak memberikan bantuan untuk pertunuhan fisik, misalnya bagaimana agar anak dapat mefungsikan kakinya untuk bejalan ; bagaimana anak agar dapat memfungsikan tangannya untuk memegang; bagaimana anak dapat memfungsikan matanya untuk melihat dan lain sebagainya. Hal ini terus dilakukan sampai anak memiliki kemampuan mengendalikan dan memfungsikan organ tubuhnya.
                        Menginjak pada masa usia TK proses pendidikan bukan hanya sekedar melatih organ tubuhnya agar befungsi lebih sempurna , akan tetapi juga mengembangkan kemampuan psikologis yang mulai berkembang, misalnya mengembngkan daya cipta, mengembangkan keberanian, dan lain sebagainya melalui permainan-permainan yang menantang  serta melaui cerita-cerita khayalan untuk mengembangkan kemampuan imajinasi anak.
                        Pada masa anak usia SD, dunia khayal anak berubah menuju  dunia nyata yang konkret. Semua yang pernah dikhayalkan ia ingin konkretkan, yang berari peran pendidikan bergeser dari memberi bantuan secara fisiologis menjadi pemberian bantuan terhadap mental-psikologis anak. Pada masa ini, peran guru sebagai orang dewasa yang bertugas mengembangkan kemampuan intelektual anak semakin besar
                        Habis masa berpikir konkret anak berkembang pada kemampuan berpikir abstrak. Segala yang diajarkan tidak lagi perlu dengan menggunakan alat yang hanya berfungsi umtuk mengkonkretkan yang diajarkan.
                        Mengembangkan kemampuan berpikir melalui pemanfaatan potensi otak, merupakan peran pendidikan pada masa berpikir abstrak. Pada tahapan ini, anak didorong untuk mampu memecahkan masalah secara kritis dan logis serta anak didorong untuk secara aktif berkreasi menemukan gagasan baru melalui proses berpikir kreatif. Dengan demikian, gurupun harus siap  dengan mengembangkan perannya sebagai mitra dialog serta fasilitator yang berperan untuk mempermudah siswa belajar, idealnya pada usia perkembangan ini, anak sudah bisa belajar mandiri; anak sudah memilki tanggung jawab untuk keberhasilannya, sehingga tugas dan peran guru bukan haya sebagai sumber belajar akan tetapi juga sebagai fasilitator dalam belajar.
B.       BENTUK PERKEMBANGAN SISWA
Untuk kepentingan pembelajaran, ada tiga bentuk perkembangan pada setiap manusia yakni:
1.                            Perkembangan Motorik
                        Perkembangan motorik adalah perkembangan yang berkaitan dengan perubahan otot dan gerakan-gerakan fisik. Terjadi perubahan fisik yang luar biasa pada anak menjelang usia remaja, yakni antara dua-tiga belas tahun hingga pada usia dua puluh satu-dua puluh dua tahun. Pada saat ini, perkembangan fisik anak akan semakin matang.
                        Perkembangan motorik anak berkembang dari mulai gerakan –gerakan yang muncul secara ilmiah, kemudian gerakan menirukan sesuatu dan gerakan  koordinasi antara gerakan fisik dan mental
                        Ada tiga faktor penting yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik anak atau perkembangan motor skills anak yang dapat diupayakan oleh orang lain diluar dirinya, misalnya orang  tua dan guru, yaitu 1) pertumbuhan dan perkembanga sistem saraf. 2) pertumbuhan otot-otot,dan 3) perubahan struktur jasmani. Faktor  lain yang mempengaruhi kemampuan motorik anak adalah perubahan struktur  fisik anak, maka akan semakin sempurna fisik anak, misalnya tinggi badan, bobot serta proporsi atau perbandingan struktur tubuh
2.                            Perkembangan kognitif
                        Perkembangan kognitif  adalah perkembangan yang berkenaan dengan perilaku mental seseorang yang meliputi pemahaman, pertimbangan,pengolahan informasi, dan pemecahan masalah.[6]
            Perubahan kognitif yaitu perkembangan yang terjadi pada intelegensi seseorang, dengan adanya perkembangan intelegensi seseorang dapat memiliki pemahaman yang semakin mendalam dan pengetahuan yang luas.
            Pendidik sebagai orang yang membimbing anak didik dalam kegiatan belajar harus memperhatikan perkembngan kognitif (intelegensi) anak, agar pembelajaran yang diberikan sesuai dengan tingkatan intelegensi anak. Perkembangan intelegensi anak sangat dipengaruhi oleh tingkatan umur. Tiap tingkatan umur akan memiliki tingkatan itelegensi yang berbeda.
            Untuk memahami perkembngan kognitif siswa, salah satu teori yang banyak digunakn adalah seperti yang dikemukakan oleh Piaget (1896-1980)[7] adalah kemampuan kognitif merupakan suatua yang fundamental yang mengarahkan dan memimbimg perilaku anak. Ada dua konsep yang perlu diketahui untuk memahami teori perkembngan kognitif dari piaget,  yaitu konsep tentang fungsi dan konsep tentang struktur,
            Menurut Piaget, perkembngan kognitif setiap individu  berlansung dalam bebrapa tahapan-tahapan tertentu. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari atas 4 fase, yaitu:
a.       Sensori motor berkembang dari 0-2 tahun
b.      Pra-operasional, mulai dari 2-7 tahun
c.       Operasional konkret, berkembang deri 7-11 tahun
d.      Operasional formal,yang dimulai dari 11 sampai dengan 14 tahun keatas.
3.                            Perkembangan sosial dan moral
            Perkembangan sosial dan moral siswa merupakan aspek penting yang harus dipahami oleh setiap perancang pembelajaran. Hal ini disebabkan pengembangan aspek sosial dan moral adalah dasar dalam proses pendidikan. Keberhasilan pengembangan sosial dan moral siswa disekolah akan sangat tergantung pada kemampuan guru membangun sistem sosial pada setiap siswa.
C.      PENERAPAN SETIAP ASPEK PERKEMBANGAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN
1.        Melatih kemampuan dan pengembangan fisik
          Perkembangan fisik manusia berkembang secara bertahap. Proses pendidikan harus sesuai dengan irama perkembngan fisik siswa. Proses pendidikan yang mampu mengembangkan fisik sesuai dengan irama perkembangan fisik yang dimiliki setiap anak akaa menjadi modal dasar untuk perkembangan lebih lanjut.
          Pendidikan yang dilaksanakan pada anak usia TK misalnya, diarahkan untuk lebih memfungsikan setiap organ tubuh. Pada masa usia ini, otot-otot anak masih belum sempurna dan masih belum proporsional.
          Ketika anak memasuki usia SD, perkembangan fisik anak semakin proporsional. Artinya, organ-organ tubuh tumbuh  serasi. Hal ini terbukti misalnya, ukuran tangan kanan tidak lebih panjang dari ukuran tangan kiri; atau ukuran leher tidak lebih besar dari pada ukuran kepala yang disangganya; ukuran panjang kaki lebih serasi dengan ukuran panjang badan.
          Ketika anak memasuki usia remaja misalnya, usia memasuki SLTP dan SLTA, pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh semakin sempurna, baik dilihat dari bentuk dan proporsionalnya maupun dari kekuatan. Arti penting pendidikan pada masa ini adalah memberi keterampilan-keterampilan yang berguna untuk kehidupan yang kelak,  sebab belajar keterampilan (motor learning) dapat dilakukan manakala seseorang telah memiliki kemampuan yang melibatkan penggunaan tangan, kaki, dan orang tubuh lainnya secara sempurna. Untuk anak yang tidak dapat memfungsikan fisiknya dengan baik akan sulit mengembangkan keterampilan.
2.       Pembelajaran pengembangan aspek kognitif
            Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual, yakni kemampuan anak dalam menggunakan otak untuk berpikir. Kemampuan anak dalam menggunakan otak adalah salah satu  karakteristik yang dimiliki oleh manusia sihingga membedakan manusia dengan makhluk lain.
Proses pendidikan mestinya mengembangkan  aspek kognitif pada anak agar ia mampu mengunakan kemampuan berpikirnya dengan baik
                        Teori yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berpikir adalah teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget. Menurut Santrock (2007) ada beberapa hal yang dapat dijadikan panduan dalam menerapkan. Teori Piaget untuk pendidikan anak seperti dikemukakan berikut
a.    Gunakan pendekatan konstruktivitas.
b.    Fasilitasi mereka untuk belajar.
c.    Pertimbangkan pengetahuan dan tingkat pikiran anak
d.   Gunakan penilaian terus-menerus
e.    Tingkatkan kemampuan intelektual murid
f.     Jadikan ruang kelas menjadi ruangan eksplorasi dan penemuan
3.       Pendidikan Moral Siswa
Pendidikan moral merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan
Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan pendidikan moral, yakni pendidikan karakter, klarifikasi nilai dan pendidikan moral kognitif
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang bersentuhan lansung dengan pembentukan moral anak. Pendidikan karakter adalah proses mengajari anak dengan pengetahuan moral dasar untuk mencegah mereka meakukan tindakan-tindakan tak bermoral yang membahayakan orang lain dan membahayakan dirinya sendiri sepertu perilaku  berbohong, menipu dan mencuri.
Pendidikan moral merupakan pendidikan dasar bagi anak didik agar ia dapat bertingkah laku dengan nilai-nilai atau norma. Dengan pendidikan moral yang ditanamkan dalam jiwa anak maka ia bisa membedakan hal-hal yang negatif dan positif.
Pendidikan moral kognitif adalah pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa murid harus mempelajari hal-hal seperti demokrasi dan keadilan saat moral mereka sedang berkembang (Santrock, 2007)[8]
Pendidikan demokrasi harus diberikan pada anak didik berbarengan dengan pendidikan moral, pendidikan tersebut bertujuan agar anak didik memiliki nilai-nilai kemanusiaan sebagai manusia yang hidup secara bermasayrakat
Beberapa hal yang perlu dapat membantu perkembangan moral anak dalam proses pendidikan disekolah seperti yang dikemukakan Honing dan Witter (1996)[9]  adalah sebagai berikut
a.    Hargai dan tekankan konsiderasi kebutuhan orang lain
b.    Jadilah contoh perilaku prososial
c.    Berilah label dan identifikasi perilaku prososial dan perilaku antisocial
d.   Bantu siswa untuk menentukan sikap dan memahami perasaan orang lain
e.    Kembangkan proyek kelas dan sekolah yang dapat meningkatkan altruism





BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manusia adalh makhluk yang unik karena memiliki bentuk jasmani yang sempurna dan memiliki perkembangan psikologis yang sangat mengagumkan
Pada manusia memiliki bentuk perkembangan, yaitu 1) perkembangan motorik, 2) perkembangan kognitif, 3) perkembangan sosial dan moral.
B.  Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah kami uraikan kepada pembaca maka penulis menyarankan kepada pembaca untuk membaca sumber lain yang berkaitan dengan, perkembangan siswa agar dapat menambah pemahamanya.









DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta:
            Prenada Media Group
Mustaqin dan Wahid, Abdul. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
             Prenada Media Group


[1] Wina sanjaya, perencanaan dan desain sistem pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group,          2008), h, 251.
[2] Ibid, h, 252.
[3] Wina Sanjaya, Perencanaan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta:Prenada Media Group, 2008), h, 253.
[4] Mustaqin dan Abdul Wahid, Psikologi Pendidkan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h, 24.

[6] Wina Sanjaya, Perencanaan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h, 261.
[7] Ibid, h, 261.
[8] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group), h, 277.
[9] Ibid, h, 277.

0 komentar:

Posting Komentar